Selasa, 19 Januari 2010

sniper




Sniper, atau penembak runduk, adalah seorang prajurit infanteri yang secara khusus terlatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.

Istilah ini muncul pada tahun 1770-an, pada prajurit-prajurit Kolonial Inggris di India, dari kata snipe, yaitu sejenis burung yang sangat sulit untuk didekati dan ditembak. Mereka-mereka yang mahir memburu burung ini diberi julukan "sniper".[1]

Dalam beberapa dekade terakhir istilah sniper telah digunakan secara meluas dan tidak tepat, terutama oleh media. Istilah sniper, secara tidak tepat, digunakan untuk mendeskripsikan penembak jitu polisi, pelaku asasinasi, penembak yang menembak bukan dari jarak dekat, serta kriminal yang membunuh dengan menggunakan senapan laras panjang



Sniper dalam peperangan

Doktrin militer tentang sniper dalam posisinya pada unit militer, lokasi menembak, dan taktik berbeda pada setiap negara. Secara umum, tujuan sniper dalam peperangan adalah mengurangi kemampuan tempur musuh dengan cara membunuh sasaran yang bernilai tinggi, seperti perwira.

Dalam doktrin Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara lainnya , sniper dipakai dalam tim sniper, yang berisi hanya dua orang. Dua orang ini mempunyai fungsi yang berbeda, satu sebagai penembak, dan satu orang lagi sebagai spotter yaitu penunjuk sasaran. Dalam prakteknya, spotter dan penembak biasa bergiliran menembak, agar mengurangi kelelahan pada mata.

Misi sniper adalah pengintaian dan pengamatan, anti-sniper, membunuh komandan musuh, memilih target sendiri secara oportunis, dan bahkan tugas anti material (penghancuran peralatan militer), yang memerlukan senapan berkaliber besar seperti .50 BMG. Pada perang di Iraq, sniper semakin banyak digunakan sebagai peran pendukung, yaitu untuk melindungi pergerakan infanteri, khususnya di daerah perkotaan.

Saat ini, rekor jarak terjauh untuk tembakan sniper adalah 2.430 meter, dilakukan oleh sniper Kanada bernama Corporal Rob Furlong pada tahun 2002 ketika Invasi Afghanistan, menggunakan senapan bolt-action kaliber .50 McMillan. Hal ini berarti anak peluru terbang selama empat detik dan mengalami penurunan sebanyak 44.5 meter. Rekor sebelumnya dipegang oleh Carlos Hathcock, diperoleh dalam Perang Vietnam dengan jarak tembak 2.250 meter.

sniper :

Prinsip sniper:::
sniper menpunyai prinsip yang sangat penting yang dikatakan dia oleh sniper dia menyebut ONE SHOTS ONE KILL atinya satu tembakan satu yang tewas.

history weapons mosin magants sniper:

During the Russo-Turkish War of 1877-78, Russian troops armed with mostly Berdan single-shot rifles engaged Turks with Winchester repeating rifles resulting in heavy casualties. This emphasized to commanders a need to modernize the Imperial army. The Russian Main Artillery Administration undertook the task of producing a magazine-fed, multi-round weapon in 1882. After failing to adequately modify the Berdan system to meet the requirements, a "Special Commission for the testing of Magazine fed Rifles" was formed to test new designs.

Sergei Ivanovich Mosin, a captain in the Imperial army, submitted his "3-line" calibre (.30 cal, 7.62 mm) rifle in 1889 alongside a 3.5-line design by Léon Nagant (a Belgian) and a 3-line design by captain Zinoviev. When trials concluded in 1891, the units which tested the rifles were split in their decision. The main disadvantages of Nagant's rifle were the following: more complicated mechanism, long and tiresome procedure of disassembling (which required special instruments - it was necessary to unscrew two screws). Mosin's rifle was mainly criticised for lower quality of manufacture and of materials used which resulted in a slightly larger number of stoppages. The Commission voted 14 to 10 to approve Nagant's rifle. However, the head of the commission, General Chagin, insisted on subsequent trials held under the Commission's supervision during which Mosin's rifle showed its advantages, leading to its selection over the Nagant.[2]

[edit] Refinement and production

The 3-line rifle, Model 1891 (its official designation at the time) was adopted. Some details were borrowed from Nagant's design: the form of the fixed box magazine, the principle that the magazine spring is attached to the magazine base plate (in Mosin's original design, the spring was not attached to the base plate and according to the Commission could therefore be lost during cleaning) and the form of the "interrupter" - a detail in the feeding mechanism preventing stoppages due to feeding two cartridges at the same time.

The initial rifle proposed did not contain an interrupter at all, which caused numerous failures to feed. This detail as well as the new configuration of the feed mechanism was introduced in the rifle during the trial and was borrowed from Mosin's rifle (although the form of the interrupter was slightly changed - this changed form was subsequently borrowed back by the Commission for the Model 1891 Mosin Nagant). During the modernisation of 1930 the form of the interrupter was further changed as the part had turned out to be one of the least reliable parts of the action. Thereafter, only the magazine of the Model 91/30 Mosin Nagant rifle and subsequent models was designed by Nagant.

Production of the Model 1891 began in 1892 at the ordnance factories of Tula Arsenal, Izhevsk Arsenal, and Sestroryetsk Arsenal. An order for 500,000 rifles was placed with the French arms factory, Manufacture Nationale d'Armes de Châtellerault.[3]

Schematic. Image #1 and #2

By the time of the Russo-Japanese War in 1904, approximately 3.8 million rifles had been delivered to the Russian army. Initial reactions by units equipped with the rifle were mixed, but any adverse reports were likely due to poor maintenance of the Mosins by infantrymen more familiar with the Berdan who were not properly trained on the Mosin Nagant.

Between the adoption of the final design in 1891 and the year 1910, several variants and modifications to the existing rifles were made.

[edit] World War I

With the start of World War I, production was restricted to the M1891 dragoon and infantry models for the sake of simplicity. Due to the desperate shortage of arms and the shortcomings of a still-developing domestic industry, the Russian government ordered 1.5 million M1891 infantry rifles from Remington Arms and another 1.8 million from New England Westinghouse in the United States.[3] Some of these rifles were not delivered before the outbreak of the 1917 October Revolution and the subsequent signing of the Treaty of Brest-Litovsk, which ended hostilities between the Central Powers and Russia. Mosin–Nagant rifles in Great Britain were used to arm American and British expeditionary forces sent to North Russia in 1918 and 1919. The rifles still in the United States were primarily used for the training of U.S. Army troops. Some were used to equip U.S. National Guard, SATC, and ROTC units. Designated "U.S. Rifle, 7.62mm, Model of 1916", these are among the rarest of American service arms. In 1917, 50,000 rifles were sent via Vladivostok to the Czechoslovak Legions in Siberia to aid in their attempt to secure passage to France.

Many of the New England Westinghouse and Remington Mosin Nagants were sold to private citizens in the United States before World War II through the office of the director of Civilian Marksmanship, the predecessor to the federal government's current Civilian Marksmanship Program.

Large numbers of Mosin–Nagants were captured by German and Austro-Hungarian forces and saw service with the rear-echelon forces of both armies, and also with the German navy. Many of these weapons were sold to Finland in the 1920s.(dalam teks bahasa inggris)

Sejarah rifle mosin -Nagant dan sejarah sejarah perang dunia:

Berdasarkan pengalaman selama Perang Rusia-Turki, ketika sebagian besar tentara Rusia yang dipersenjatai senapan sekali-tembak Berdan menghadapi tentara Turki dengan senapan Winchester, pada tahun 1882 Administrasi Artileri Utama Rusia memperoleh tugas memproduksi senapan dengan magasin yang mampu menampung multipeluru. Setelah gagal memodifikasi senapan Berdan agar memenuhi syarat tersebut, sebuah "komisi khusus untuk pengujian senapan bermagazen" dibentuk untuk menguji berbagai desain baru (seperti Mauser, Lee-Metford, dan Lebel. Pada tahun 1889 seorang kapten muda bernama Sergei Ivanovich Mosin mengajukan senapan berkaliber "3-line" (ukuran lama Rusia, setara dengan 0,30 inci atau 7,62 mm) bersamaan dengan senapan berkaliber 3.5-line buatan Léon Nagant dari Belgia. Pada tahun 1891 semua unit yang menguji senapan-senapan tersebut lebih memilih senapan desain Nagant dan komisi juga memilih senapan yang sama. Meski demikian, beberapa perwira berpengaruh mengunggulkan desain lokal (Mosin). Maka, hasilnya adalah sebuah kompromi: senapan Mosin menggunakan mekanisme pengisian peluru yang merupakan desain Nagant. Jadilah senapan Model 1891 (penamaan resmi waktu itu).

Produksi dimulai tahun 1892 di pabrik-pabrik persenjataan Tula, Izhevsk, dan Sestroryetsk. Karena fasilitas-fasilitas ini memiliki kapasitas terbatas, pesanan sebanyak 500.000 senapan dialihkan ke perusahaan senjata Perancis, Manufacture Nationale d'Armes de Châtellerault, Pada Perang Rusia-Jepang tahun 1904, sekitar 3,8 juta pucuk telah diserahkan ke angkatan bersenjata Rusia.

Selama tahun 1891-1910, beberapa varian dan modifikasi dari model awal dibuat. Ini termasuk perubahan pembidik, penambahan bolt yang diperkuat — karena mengadopsi peluru 147-grain pointed("spitzer"), penghilangan gagang baja di belakang pelindung picu, barrel band baru, dan lain-lain.

[sunting]Perang Dunia I

Versi senapan runduk Mosin-Nagant.

Saat Rusia terlibat dalam Perang Dunia I, produksi M1891 dibatasi hanya pada model dragoon dan infanteri dengan alasan kemudahan diproduksi. Karena kekurangan senjata dan kurangnya produksi industri dalam negeri yang masih berkembang, pemerintah Rusia memesan 1,5 juta senapan infantri M1891 dari Remington Arms dan 1,8 juta pucuk dari New England Westinghouse di Amerika Serikat. Banyak senapan Mosin-Nagant yang direbut angkatan bersenjata Jerman dan Austria-Hungaria. Senapan-senapan tersebut dioperasikan pasukan garis belakang kedua negara tersebut dan angkatan laut Jerman. Banyak senapan yang direbut Austria ini dijual ke Finlandia tahun 1920-an.

Selama Perang Saudara Rusia, versi dragoon dan infantri masih diproduksi meskipun dalam jumlah yang jauh berkurang. Setelah kemenangan Tentara Merah, sebuah komite dibentuk tahun 1924 untuk memperbarui senapan yang saat itu sudah digunakan selama lebih dari tiga dekade. Hasilnya adalah pengembangan senapan Model 1891/30 berdasarkan pada versi orisinal dragoon. Perubahannya termasuk penggunaan kembali pembidik belakang datar, penggantian receiver silindris dengan receiver oktagon (atau "hex") sekitar tahun 1936-1937, penggantian pembidik depan berbentuk bilah dengan pembidik depan berkerudung sekitar tahun 1932-1933, dan pemendekan laras sekitar 5 mm. Tahun 1945, sekitar 17,475 juta senapan M1891/30 telah diproduksi.

[sunting]Perang Dunia II

Mosin-Nagant pada masa Perang Dunia II.

Senapan Mosin-Nagant dijadikan senapan runduk tahun 1932 dan dioperasikan penembak runduk Soviet selama Perang Dunia II. Senapan runduk M1891/30 versi awal menggunakan teleskop 4x PE atau PEM, teleskop buatan Soviet meniru desain Zeiss. Teleskop-teleskop ini digantikan teleskop 3,5 PU yang lebih kecil, simpel, dan mudah diproduksi. Saat Pertempuran Stalingrad, teleskop ini dipakai Vasily Grigoryevich Zaitsev. Senapan Mosin-Nagant juga digunakan Lyudmila Pavlychenko, penembak jitu terkenal dari Uni Soviet pada Perang Dunia II. Senapan runduk tersebut sangat dihargai dulu dan kini karena kuat, dapat diandalkan, akurat, dan mudah dirawat. Model yang dimodifikasi untuk penembak runduk sangat dicari dan dinilai tinggi oleh kolektor, terutama di Barat.

[sunting]Setelah Perang Dunia

Setelah Perang Dunia II Uni Soviet menghentikan produksi senapan Mosin-Nagant, menariknya dari angkatan bersenjata, dan menggantikannya dengan karaben SKS kemudian senapan seri AK. Meskipun demikian, senapan Mosin-Nagant tetap dipakai di Blok Timur dan sebagian dunia selama beberapa dekade. Senapan Mosin-Nagant digunakan dalam berbagai konflik selama Perang Dingin, mulai Perang Vietnam dan Perang Korea sampai invasi Soviet ke Afganistan, serta sepanjang tirai besi di Eropa. Senapan ini tidak hanya digunakan sebagai senjata infanteri cadangan, tetapi juga senjata infanteri garis depan.

Saat ini banyak senapan Mosin-Nagant diperjualbelikan di luar Rusia sebagai barang antik maupun koleksi dan sebagai senapan berburu. Akibat surplus produksi industri Soviet selama Perang Dunia II, senapan-senapan ini (umumnya M44 dan M30) bisa diperoleh seharga paling murah 75 dollar AS untuk model standar. Model senapan runduk lebih mahal.